Awalnya jantung ini masih berdetak normal seperti biasanya saat
pertama kali melihatmu. Namun tiba-tiba saja saat pertama kalinya kamu
berbicara padaku, rasanya jantung ini siap-siap lepas dari tempatnya.
Aku takkan pernah lupa tanggal 17 July 2013 dimana hari itu hari pertama
kali kita bertemu, pertama kalinya kamu berbicara dan menatap mataku,
dan pertama kalinya kita pulang bareng. Hari itulah memulai segalanya.
Memulai diri ini menyukaimu.
23 Agustus 2013
“Shillaaa!!!” teriak seseorang memanggilku. Aku menoleh mencari sumber
suara itu. ah ternyata Yusuf sahabatku. Aku melambaikan tanganku
padanya. Aku masih berdiri di depan kelasku menunggu Yusuf yang akan
menghampiri.
“haiii apa kabar sup?” tanyaku.
“baik-baik, kamu gimana? Ya ampun udah lama ga ketemu hahaha” jawab Yusuf
“yaaa not bad. Iya ih sibuk sih kamunya” kata ku sambil memukul pelan tangannya.
“aww gila!! Bukannya kamu yang sibuk ya sama pacar baru?” tanya Yusuf.
Ah iya seminggu setelah pertemuan aku dengan si ‘Dia’ aku memang
berpacaran dengan teman sekelasku. Padahal awalnya aku masih berharap
agar aku bisa kenal dekat dengan si ‘Dia’ namun nyatanya? Tak seperti
yang diharapkan.
“hahaha i forgot to tell you. We break up yesterday” jawabku sambil tersenyum
“whoaaa? Really? Why?” tanya Yusuf. Sebelum aku menjawab, tiba-tiba saja…
“sup! Padus kan?” seorang laki-laki berkacamata menepuk pelan bahu Yusuf
dari belakang, dan si laki-laki itu ternyata… si ‘Dia’ pujaan hatiku
yang dulu. Ah sudah lama sekali aku tak bertemu dengannya, dan dia makin
tampan saja membuat jantung ini kembali berdetak kencang dan siap lepas
dari tempatnya. Ada apa denganku?
“iya Vin. Ayooo kita paduan suara” jawab Yusuf. Dia menatapku dan tersenyum. Demi Tuhan!! Ia tersenyum padaku, Oh God…
Aku pun membalas senyumnya dan aku menyapanya, “hai Vin” kataku
“hai” jawabnya. ‘deg deg deg deg’ Tuhan tolong jangan biarkan jantung ini terbang
“lo ikut paduan suara sup? Yakin gak bakal rusak tuh speaker? wkwkwk” canda ku kepada Yusuf.
“ya enggak lah lo belum tau aja suara gue gimana” jawab Yusuf. Aku hanya
tertawa. Dia menatapku, “kamu ikut paduan suara juga?” tanyanya
“haha engga vin, suara aku gak bagus hehehe” jawabku masing dengan jantung yang siap terbang
“hahaha gapapa kali ikut paduan suara aja yuk” katanya sambil memegang
punggungku ya seperti merangkul. Tau kah? Saat itu jantung ku
benar-benar terbang.
“ah engga ah hahahhaa” jawab ku agak salting. Dia hanya tersenyum
“ya udah dadah Shilla kita mau ke kelas atas dah” kata Yusuf sambil
berlalu. Dan dia lagi-lagi tersenyum. Demi apa pun aku mulai jatuh cinta
kepadanya lagi, mungkin?
Aku menatap langit malam di teras rumahku. Bintang-bertaburan di
langit. Sambil mendengarkan lagu dari Ipad ku, aku mengingat-mengingat
kejadian tadi sore. Mengingat tentang dia. Ah ya aku lupa menyebutkan
namanya. Namanya Alvin anak kelas sebelahku. Aku bertanya-tanya apa iya
jika aku mulai jatuh cinta kepadanya lagi? Unbelieveble. aku pun
mengirim sms kepada Yusuf tentang hal ini.
To: Yusuf
Masa aku suka lagi sama Alvin?
Tak lama kemudian satu sms masuk ke handphoneku.
From: Yusuf
Besok aku berangkat bareng kamu, sama dia juga. Aku kirimin no dia ya.
Kamu sms dia oke, kalian janjian dimana gitu kan rumah kalian ga begitu
jauh. Gak usah banyak omong buruan sms dia.
Sedikit kaget saat Yusuf membalas sms ku seperti itu. tapi apa yang
harus aku lakukan? Aku juga senang jika besok aku bisa berangkat bareng
dengannya.
Aku memegang layar Hpku. Melihat sederet angka nomor Hp. Agak ragu untuk mengirim sms padanya. Namun akhirnya…
To: Alvin
Alvin, ini shilla. Besok kamu bareng sama yusup kan? Aku bareng yusup juga. Bareng ya
Keringat dingin membasahi tanganku saat sms itu telah terkirim.
Memang lebay namun memang kenyataannya begini. Tak lama kemudian sebuah
sms masuk…
From: Alvin
Ohehe, oke Shilla. Besok kamu tunggu di deket jalan yang banyak angkot ya. Nanti aku sms kamu kalau aku udah berangkat?
DIA MEMBALAS!! PAKE EMOT SENYUM!! Ahhh aku tersenyum senyum sendiri membacanya. Ah can’t wait tomorrow!!!
Kini aku berdiri di trotoar menunggu Alvin. Dari tadi jantung ini
terus berdetak dengan kencangnya. Aku tak tau bagaimana jika bertemunya,
di angkot berdua sampai tempat Yusuf menunggu kami. Tak bisa
kubayangkan. Aku takut. Aku takut mentapa matanya. Karena aku tau, aku
akan salah tingkah dan jantungku pasti terbang jika aku dan dia saling
bertatap. Aku memperhatikan setiap angkot berwarna kuning yang melintas,
siapa tau itu angkot yang ia tumpangi. Akhirnya dari beberapa angkot
yang melintas aku melihatnya di dalam angkot. Ia melambaikan tangannya
dan tersenyum kepadaku. Dia tersenyum (lagi) ia berhasil membuatku
terbang, bukan jantungku lagi yang terbang tapi diriku juga ikut
terbang. Aku segera menaiki angkot yang ia tumpangi. Aku duduk di
hadapannya.
“maaf nunggu kamu lama, angkotnya tadi ngetemnya lama” kata Alvin
“gapapa Vin woles aja.” Jawabku, aku mencoba untuk menahan rasa gembira
aku. Aku harus bisa menahannya. Jika tidak, berabe dah urusannya.
Sudah dua bulan ini, aku makin dekat dengan Alvin setiap hari kami
berangkat dan pulang bareng. Bareng Yusuf juga sih, aku tidak bisa
membayangkan jika tidak ada Yusuf. Tak ada yang bisa membantu ku untuk
menahan gembiraku. Dan sudah dua bulan ini, aku masih menyukainya. Masih
memendam perasaan ini. Aku tak berani mengungkapkan perasaan ini
padanya. Takkan pernah berani.
Pada tanggal 27 Agustus kemarin adalah hari terbaik yang pernah ada.
Alvin mengajariku pelajaran matematika. Bukannya aku modus, tapi aku
benar-benar tidak mengerti tentang materinya. Di angkot ia mengajariku
dengan baik nya. Kami duduk berhadapan seperti biasanya. Jarak kami
memang dekat. Jantungku mungkin sudah terbang saat ia mengajariku.
Karena asik dengan matematika, kami sampai melupakan Yusuf. Hahaha
kasihan sekali Yusuf sebenarnya. Namun aku juga masih ingin diajari
matematika dengan Alvin. Haha agak modus sih, tapi kalau tidak begini,
kapan lagi?
Akhirnya aku menyadari satu hal. Aku mulai menyayanginya. Dia yang
tampan, baik, jenius, pintar, lucu, dan dia yang terkadang bertingkah
seperti anak kecil. Entah sampai kapan aku memendam perasaan ini.
Memendam rasa cemburu dan sakit saat ia sedang bersama cewek lain. Tapi,
siapa dia? Pacar bukan. Untuk cemburu pun sebenarnya aku tak berhak.
Mungkin aku akan tetap menyayanginya dengan seperti ini. Mungkin setiap
hari nya aku akan terus jatuh cinta padanya. Ya, jatuh cinta diam-diam.
Merasakan perasaan ini sendirian. Membiarkan perasaan ini tertuju
padanya. Membiarkan namanya terukir indah di hati ini. Meskipun tanpa
dia tau, bahwa ada aku yang menyukainya, menyayanginya sampai sedalam
ini. Namun, aku takkan pernah membiarkan perasaan ini hilang, takkan
pernah melupakan perasaan ini. Aku akan tetap membiarkan perasaan ini
tertuju padanya. Hingga suatu saat nanti mungkin ia akan tau ada aku
yang disini menunggunya dan menyayanginya.
The end
Cerpen Karangan: Syifa
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment