21 tahun yang lalu
Inikah nasib? terlahir tanpa seorang ayah, ayah yang keberadaannya entah dimana. Dia meninggalkan ibuku di saat aku masih dalam kandungan ibuku. Tapi aku tetap bangga telah terlahir ke dunia dengan seorang ibu yang kuat dan tegar. Yang mampu membesarkan ketiga anaknya hanya dengan menjadi buruh petani, buruh petani yang cantik, lembut dan ramah, ya dialah sosok ibu ku.
7 tahun yang lalu
Aku tumbuh menjadi gadis remaja. Saat itu lah semuanya seperti mimpi. Orang yang tak ku duga datang, orang yang tak pernah ku fikirkan tapi sekarang dia ada di depan ku.
“Adek…” panggil kiki. Aku berlari menghampirinya. Dan dia berkata “ayah datang”.
Aku terdiam seolah tak percaya, seluruh tubuh ku gementar. Tapi aku tak bisa lari dari kenyataan itu dia tetap ayah ku. Fikiran ku melayang, tak tau mau berbuat apa. Ku ikuti kiki dari belakang menuju sebuah mobil yang telah menunggu kami. Sepanjang jalan menuju rumah ku, semuanya diam, kaku tanpa ada kata-kata.
Sesampai di rumah, aku langsung berlari ke ibu ku. Selama ini ayah dan ibu adalah ibu ku. ya, karena Cuma dia yang ada dari aku kecil.
“Ibu…” kata ku. “Benar dia ayah”.
“Iya sayang, dia ayahmu”.
“Tapi kenapa ia baru datang bu, kemana dia selama ini. Apa dia memikirkan kita, apa dia tau sakitnya hidup kita, apa dia tau saat kami sakit. Tidak kan…” kata ku sambil nangis.
“Putri, sebesar apapun kesalahan yang di lakukan ayah mu tapi dia tetap ayah mu nak. Semuanya pasti ada alasan, ada sebab. Kita tidak boleh egois nak, dia juga merindukan kalian. Jadi pergilah, temui dia”. Kata ibu ku.
Ayah dan kedua kakak ku menghampiri aku. Dia menangis sambil minta maaf. “Putri maafkan ayah”, katanya. Dan aku menangis, “ayah, aku telah memaafkanmu”.
Semenjak itu aku merasakan figur seorang ayah, kasih sayangnya. Walaupun dia hanya datang sekali sebulan ke rumah ku tapi bagi ku telah cukup. Ku selalu berdoa dan meminta kepada allah semoga kebahagian ini tidak cepat berlalu.
4 tahun yang lalu
Inikah badai? Masalah selalu menghampiri sudut-sudut kehidupan keluarga ku. kekuatan ku teruji kembali di saat umur ku memasuki 17 tahun. Saat itu aku mendapatkan kabar dari keluarga ku di riau, kabarnya ayah ku meninggal. Sesak dadaku mendapat kabar ini. Aku menangis, aku tak percaya. Ayah yang baru datang kini harus pergi dan tak kan kembali lagi.
Aku dan keluarga ku langsung langsung pergi ke riau, pergi tanpa ada persiapan. Selama di perjalan air mata tak henti-henti mengalir di pipiku, di pipi saudaraku. Semua ini seperti badai, semua ini seperti gelombang yang selalu menghantam ku. sakit… perih tak terbayang semua ini. Kenapa semua ini harus terjadi padaku… kenapa. Sekuat apapun ku berteriak, tapi tetap ku tak menemukan jawabanya. Entahlah… inilah kehidupan ku. kehidupan yang berbalut luka berkepanjangan.
2 bulan kemudian, ombak pun datang lagi. Sungguh ingin ku berlari saja dari kehidupan ini. Cowok yang ku sangka sayang, yang ku sangka peduli ternyata juga meninggalkan ku, meninggalkan ku pergi jauh.. jauh entah kemana. Dia adalah PUTRA SURIANTO.. kekasih yang buat ku jatuh dan tengelam dalam luka yang dalam. Luka yang entah kapan sembuh. Kini ku pasrah, kini ku serahkan hidupku, ku jalankan sesuai takdir ku, kini yang ku tau dalam tahun 2009 aku kehilangan 2 sosok yang ku sayang. Kehilangan ayah yang tak kan kembali dan kehilangan kekasih yang entah dimana.
Tahun 2011
Kehilangan menyadarkan aku arti sebuah kehidupan, ku menyadari ada mereka yang selalu tersenyum padaku, mereka yang menemani hari-hariku. mereka yang menjadi sayap kehidupanku. Dan aku tak ingin ada tangis di pipinya lagi, dan sejak hari itu aku bertekad memulai semuanya.
Dan semuanya mulai terwujud yang awalnya aku takuti kini bener-bener terjadi. Aku lulus SMA dengan hasil yang memuaskan. Aku bangga… aku bangga bisa melihat senyum indah ibuku. Dan satu rahmat lagi di tahun 2011 juga aku lulus di universitas negeri padang dengan jurusan sosiologi antropologi.
Ku tak tau apa yang akan terjadi esok dan selanjutnya dalam kehidupanku tapi Jika suatu hari nanti aku harus menelan pahitnya drama kehidupan ku ini, maka yang pertama ku lakukan adalah menatap wajah ibuku dan memastikannya agar tetap tersenyum untukku seperti bintang kecil yang tersenyum padaku malam ini. itulah janji ku, janji Dalam hati kecilku buat bidadari hidupku.
Hati yang terbalut luka

Cerpen Karangan: Rika Saputri

0 comments:

Post a Comment