Aku adalah seorang photographer sebut saja namaku Bagus, ini cerita
sebelum aku masuk penjara. Aku pemuda yang sudah beristri, istri saya
bernama Widia, aku dan dia menikah muda pernikahan kami sudah lumayan
lama. Sebenarnya cerita ini bukan menceritakan kisah cintaku dan
istriku, tapi kisah cintaku dengan Nurul, Nurul adalah model saya
sekaligus kakak dari istri saya, tepatnya kakak kandung dari Widia.
Dimanapun aku berada aku selalu bersama Nurul, karena dia model saya.
Istri saya tidak mencurigai kita berdua, karena dia sudah percaya pada
kita, karena dia fikir kita saudara ipar.
Entah kenapa aku bisa mencintai kedua kakak beradik itu, aku tidak
mau kehilangan mereka karena bagiku mereka adalah jiwaku, begitu pula
Nurul, dia juga sangat mencintaiku meskipun dia tau apa yang dia lakukan
salah, dan pasti akan menyakiti adiknya sendiri, tapi itulah cinta yang
bisa membuat orang bisa gila, dan mau melakukan apapun untuk seseorang
yang dicintai.
Setiap aku mau pemotretan, aku selalu menjemput Nurul di apartemenya,
karena dia tinggal sendiri di apartemen. Pada waktu itu aku dan Nurul
akan melakukan pemotretan di sebuah hutan yang indah. Pagi pagi aku
langsung menjemput Nurul, begitu dia membuka pintu untuku, dia selalu
langsung memeluku sambil berkata “I love u”, dan menciumku, karena itu
kebiasaan yang sudah kita lakukan dari dulu, setiap kali ketemu kita
harus saling mengatakan kata sayang. Setelah dia menciumku aku pun
membalas perkataanya “I love u too”, dan dia langsung bergegas
menyiapkan barang barang yang akan dibawa ketempat pemotretan, lalu kita
langsung berangkat.
Di jalan dia selalu menggenggam tanganku erat, sambil menaruhkan
kepalanya di pundak ku, kita naik mobil hanya berdua, mesikpun aku agak
keganggu waktu menyetir mobil, tapi aku mencoba mengabaikanya, karena
mungkin ini waktunya aku hanya buat Nurul, karena sehari hari aku hanya
dengan istriku, dan hampir 2 minggu aku tidak berjumpa dengan Nurul,
mungkin dia merindukanku. Dia masih terus menggenggam tanganku erat, dan
sempat berkata “jangan pernah tinggalkan aku, dan jangan pernah sakiti
adik ku, aku menyayangi kalian berdua” aku pun langsung menjawab “I love
u”, dia langsung memeluk erat tubuhku dan mencium pipiku.
Sesampai di tempat pemotretan kita langsung melakukan hunting, dia
terlihat tambah cantik ketika selesai berdandan, seperti “MALAIKAT YANG
LUPA MEMBAWA SAYAPNYA”. Pada saat kita asik pemotretan tiba tiba hujan
turun dengan lebat, lalu kita membereskan peralatan dan lari menuju
gubuk kecil disana.
Aku gemeteran kedinginan, karena saya hanya menggunakan kaos biasa,
lalu tiba-tiba Nurul membuka jaketnya dan menaruhnya kepundaku, aku tak
tega melihat nurul yang melepas jaketnya, aku pun langsung
mengembalikanya, tapi nurul malah berkata “kamu kan kedinginan? itu
pakai buat kamu aja”. Aku mengabaikan kata dari nurul, langsung
kupakaikan jaket pada pundaknya. Lalu nurul tiba2 duduk makin dekat
denganku dan membuka jaketnya lebar-lebar yang ditaruh di pundak kita
berdua, sambil tanganya memeluku, akupun lalu mengecup keningnya, dan
dia langsung mencium bibirku.
Setelah kita menunggu sekitar 2 jam an, hujan mulai reda, kami pun
bergegas untuk pulang dan tidak melanjutkan pemotretan karena kedinginan
dan capek. Di perjalanan pulang nurul selalu menggenggam tanganku dan
tak pernah dilepaskan, terkadang dia mencium pipiku. Setelah sampai di
apartemen, aku mengantarkan Nurul masuk ke dalam, menyuruhnya untuk
istirahat, lalu aku langsung pulang. Waktu aku di depan pintu untuk
keluar, Nurul sempat memanggilku, aku langsung menolehnya tiba tiba
nurul berlari dan langsung memeluku sambil berkata “Jangan tinggalin
aku”, “tapi aku harus pulang, Widia menungguku” sahutku, lalu aku
mencium keningnya dan langsung pergi.
Setelah sampai di rumah widia telah menungguku, langsung tanganku
dicium serta kucium keningnya. aku sangat menyayanginya, tapi aku
bingung, aku mulai merasa cemas bila apa yang telah kulakukan diketahui
oleh widia, aku tak mau menyakiti hati widia. Pernah juga terbesit di
benaku untuk meninggalkan nurul, tapi aku tak tega.
Suatu saat aku datang ke rumah Nurul sendirian, aku ijin pada istriku
untuk melakukan pemotretan, tapi sebenarnya aku sedang off, aku merasa
kasian dengan nurul yang sendirian di apartemenya. Setelah aku sampai
disana tidak lupa nurul langsung memeluku sambil bilang “I love u”, aku
pun menjawab “I love u too”, lalu kami melakukan hubungan. setelah kami
selesai melakukan, kita rebahan dan nurul menaruh kepalanya didadaku,
tiba tiba nurul berkata “Aku telah hamil, di dalam kandungan ini
anakmu”, akupun langsung kaget “haaah, tidak mungkin, bisa saja itu anak
orang lain, aku tidak percaya” dengan nada kerasku. Nurul pun menjawab
“tapi ini benar-benar anakmu” dan sambil meneteskan air mata “demi
Tuhan, Aku melakukan s*x hanya denganmu, aku tak pernah melakukan dengan
orang lain, selain denganmu”, aku tambah marah, tanpa sadar kutampar
dia “aah itu bukan anakku, carilah papa dari anakmu sebenarnya”, dia
terus menangis “kamulah bapaknya”. Aku tambah marah “tidak mungkin”,
entah kenapa aku langsung mencekiknya, karena yang aku pikirkan hanya
takut perselingkuhanku tau sama istri dan mertuaku. Dia terus saja
menangis sambil berkata “ini benar-benar anakmu, I love u” akupun tak
mengabaikan perkataanya, karena saat itu yang ada hanyalah luapan emosi.
ketika kucekik, yang aku herani nurul tak memberontak sama sekali.
Tiba-tiba aku tersadar kini Nurul telah meninggal, aku langsung bergegas
meninggalkanya, dan mencoba memberantakan semua isi rumah, untuk
mengelabuhi polisi agar dikira perampokan dan pembunuhan.
Setelah beberapa jam polisi datang, karena pelayan dari apartemen
menelfon mengetahui adanya mayat, aku langsung datang dan pura pura
menangis sedih, Nurul langsung dibawa ambulan. Aku langsung
ditanya-tanya dengan polisi tersebut, “apakah anda saudara dari Nurul?”,
“iya pak, tepatnya adik ipar”, polisi menanya lagi, “apa saudari nurul
punya musuh, ataupun orang yang membenci?”, “tidak pak, nurul orang yang
baik hati, jadi tidak mungkin dia punya musuh” lalu polisi itu
benar-benar yakin, bahwa ini perampokan, bukan pembunuhan. Ada salah
satu polisi yang masih curiga, mengapa perampokan, tapi tidak ada barang
yang hilang, kemudian polisi minta ijin untuk meriksa tas saya, karena
polisi yang ini mencurigai saya yang agak bertingkah aneh, polisi
memeriksa isi tas saya dan menemukan peralatan pemotretan, lalu dia
bertanya “apakah anda photographer?” “iya pak”, sahutku “tapi kenapa
anda tidak membawa kamera, sedangkan peralatan yang lainya ada” ternyata
aku lupa, kameraku tertinggal di apartemen nurul kemarin, polisi
bertanya lagi, “apakah ini kameramu?”, “bener pak, saya lupa kemarin
membawanya”, “apakah anda bersedia memberikan isi dari camera anda” kata
polisi, “silahkan pak”. saya berpikir di dalam camera itu tidak ada
yang bisa membuktikan. Akhirnya semua isi foto dalam kameraku dicetak,
ternyata hasilnya Cuma foto-foto Nurul, tapi semua foto itu sama, dengan
perbedaan yang tipis yaitu pada mimik bibirnya.
Aku pun mencoba menata foto-foto tersebut dari file pertama sampai
terakhir, ternyata saya buka berurutan isi dari foto itu adalah bibir
Nurul yang berkata “I love u”, dan dari situ aku mulai meneteskan air
mata sebenarnya, aku merasa menyesal telah melakukan ini, aku pun benar
benar kehilangan orang yang benar-benar tulus menyayangiku, lalu aku
menyerahkan diri ke polisi, bahwa aku adalah pembunuhnya. Sesaat itu
polisi mendapatkan telfon dari Rumah sakit yang menangani Nurul,
sebenarnya nyawa Nurul masih bisa diselamatkan, kalau saja pelaku
langsung membawanya ke rumah sakit, sebenarnya waktu di TKP Nurul masih
bisa bertahan, dia meninggal setelah sampai di Rumah sakit. Mungkin beda
kalau saja Bagus langsung membawanya ke rumah sakit, nyawanya masih
bisa tertolong. Kata Dokter yang memeriksa Nurul “Saya pikir mungkin
nurul sengaja melakukanya, karena dia tau kalau dia buka mulut, orang
yang disayanginya akan sengsara”. Setelah mendangar kata dari dokter
tersebut aku langsung menjerit memanggil nama Nurul, “Aku menyesal,
maafkan aku Nurul, I love u” sambil terus menangis meratapi penyesalan
yang telah kulakukan.
Akhirnya akupun dipenjara, dan sekeluar aku dari penjara tempat yang
pertama kali aku kunjungi adalah Makam Nurul, aku terus meneteskan air
mata di makam nurul.
“KAMU ADALAH MALAIKATKU, MUNGKIN KAMU DISURGA UNTUK MENGAMBIL KEDUA SAYAPMU yang KAMU LUPA BAWA SAAT KAMU HIDUP”
Cerpen Karangan: Dewan Mahardika
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment