“Entah kenapa malam ini, tiba-tiba ku teringat akan dia, dia masa laluku, dia cintaku dan dia yang membuatku merasakan rindu yang tak bisa terungkapkan.
First love, iya aku tiba-tiba teringat akan Ilham
Seketika aku kembali mengingat semua kenangan-kenanganku dengannya, cinta yang begitu besar, kasih sayang yang tulus, keikhlasan keperdulian, semuanya aku rasakan selama 3 minggu 6 hari itu.
Sudah lama, memang aku menginginkan dia menjadi milikku, coba bayangkan saja mimpi, Mimpi yang besar menjadi kenyataan, dulu mungkin sebatas sahabat tapi tiba-tiba semua kehidupan seperti terbalik, seorang sahabat yang hanya bisa bermimpi kini sudah di depan mata.
Kebahagiaan yang kurasakan, rasa nyaman yang kurasakan seakan tak bisa tergantikan. Kenangan di waktu hujan sepulang sekolah, keperduliaannya terhadap kondisiku setiap harinya, pengertiannya dengan sikapku. Semuanya membuatku tersenyum sendiri. Terus ku bongkar masa laluku di pikiranku, rasa penyesalan itu datang di sela-sela kebahagiaan yang sedang ku ulang sedari tadi. Penyesalan yang begitu besar, kekhawatiranku akan kehilangannya membuatku menuduhnya yang tidak-tidak. Sungguh menyesal, kekhawatiranku itu membuat aku kehilangan kesayanganku. Semuanya terlihat jelas di mataku semua kejadian itu seperti sedang terjadi lagi di depan mataku. Ya allah, kenapa rasa itu begitu sakit? Disaat kebahagiaan telah menemani hari-hariku, malah aku harus merelakan kehilangan kebahagiaan itu?.
Aku yakin aku takkan pernah merasakan kebahagiaan itu lagi selain bersama dirinya. Selang waktu berjalan tak pernah kudapatkan kebahagiaan cinta sesempurna yang kurasakan bersama Ilham. Suatu ketika, kebahagiaan itu, rasa nyaman itu tiba-tiba datang menghampiri hatiku lagi, entah apa ini namanya? Apakah akan ada cerita cinta pahit lagi? Ataukah ini kebahagiaan yang tertunda itu? Tak sengaja aku mengenal laki-laki yang baik, yang entah dari mana, dan siapa sebenarnya dia, dia datang begitu saja. Bagaikan peri yang ingin menyelamatkan aku dari kesedihan selama ini. Namanya Billy. Hari demi hari, bulan demi bulan aku jalani dengan berteman dengannya. Rasa sayang mulai tumbuh, mulai bermekar kembali, sepertinya musim kemarau di hatiku telah berakhir. Aku bertanya-tanya waktu itu, apakah ini keajaiban cinta? Aku hanya diam, pura-pura tidak tau dan menunggu episode selanjutnya.
Kucoba mengingat kembali, apa yang terjadi setelah itu. Iya, aku ingat ternyata Billy pacar sahabatku. Entahlah, kegelisahan mulai menyelimutiku, kenapa aku harus merasakan rasa ini terhadap Billy. Seiring berjalannya waktu, tak ku sangka dia bisa menjadi miliku, sungguh sahabat macam apa aku ini. Sungguh jahat aku ini, sungguh tak punya hati. aku hanya memikirkan kebahagiaanku sendiri, rasaku sendiri. Egois dan sangat egois. Saat itu aku terjebak di cinta segitiga, untunglah 3 hari saja dia menjadi milikku, dia milik orang lain tak mungkin aku ambil kebahagiaan orang lain itu, apalagi sahabatku sendiri.
Entahlah sampai sekarang Billy masih sering berkomunikasi denganku, rasa padanya pun sudah tidak ada, mungkin waktu itu hanya kesalahan teknis saja. Mungkin waktu itu aku terlalu menginginkan hadirnya kebahagiaan. Aku senang Billy masih menjalani hubungan dengan sahabatku itu. Kesalahanku membuatku kehilangan sahabatku, memang sekarang kami sudah seperti dulu, tapi rasa was-was, rasa khawatir akan terjadi hal yang sama tetap dirasakan sahabatku itu. Aku tau dia masih sering cemburu jika aku berkomunikasi dengan pacarnya, walaupun dia tak berkomentar apa-apa, ya itulah perempuan selalu sembunyi dan berkata ‘tidak apa-apa’, setidaknya aku sadar, dan menjauhi jangan sampai sesuatu yang buruk terulang lagi. tenanglah insyallah tak akan lagi, toh kalau bukan milik kita, apapun itu bentuknya tak bolehkan kita ambil?. Tapi ya takdir siapa yang tau? Hahaha.
Kubuka mataku dan ku tersenyum malam ini, setelah kutulis cerita ini, aku harap kebahagiaan itu akan datang, entah kapan mungkin besok atau lusa ataupun hari-hari kedepannya. Yang jelas aku akan tetap disini menunggu kebahagiaanku datang, menunggu semua jalan terbaik yang diberikan allah. Tak ada yang tau mungkin rasaku selanjutnya akan lebih bahagia dari rasa saat ku bersama Ilham ataupun Billy.

~The End~
Cerpen Karangan: Talitha Oktavia Humaira

0 comments:

Post a Comment