Disini aku tidak akan bercerita tentang persahabatanku, melainkan tentang rasa suka ku kepada ali. Dia, sosok cowok yang sholeh dan masih banyak hal baik dalam dirinya. Aku menyukainya semenjak kelas 7 semester 2.
Setiap ada dia di depan pandanganku saja hatiku selalu gemetar. Entah mengapa perasaan ini tak pernah sampai, akhirnya ku cari jalan lain, aku menjadikan dia sahabatku, dan betapa senangnya aku karena dia mau menjadi sahabatku..
“al, kamu mau gak jadi sahabatku?” tanyaku kepadanya walau melalui sms
Tak lama kemudian dia membalasnya..
“aku mau kok ran…”
Hatiku senang sekali seakan mau menjerit…
Sejak saat itu aku menjadi sahabatnya.
Namun mengapa aku masih tidak bisa dekat dengannya? Seakan kata “sahabat” ini hanyalah sebuah kata yang tak pernah ada artinya.
Kata sahabatku devi, “mungkin kamu kurang mencoba bergaul. Selama ini kan kamu hanya pendiam.”
Yapp! Aku memang bisa dibilang pendiam. Aku memang tak seperti yang lain. Apa mungkin aku bisa dekat dengannya jika aku berubah?
Ah entahlah aku masih bertanya-tanya..
Di kelas.. Aku hanya bisa menatapinya dari kejauhan, selalu saja tak ada keberanian dalam diriku untuk mendekatinya.
Senyumnya, tawanya dan wajah itu selalu terbayang indahnya hingga ke dalam mimpi dari setiap tidurku..
Ya allah, kapan aku bisa miliki semua itu? Bahkan untuk mendekat pun tak ada keberanian…
Kala itu dia sudah 3 hari lebih tak masuk sekolah, ada perasaan rindu dalam diriku, ada rasa khawatir dari diriku..
Akupun sms dia..
“al, kamu kenapa nggak masuk udah 3 hari ini?”
Aku menunggu lama, tak ada balasan darinya..
Esoknya, malam itu.. Hpku berdering nada pesan dan, ternyata dari dia..
“maaf baru balas, aku sakit.”
Lalu akupun tak akan mensia-siakan moment itu, langsung ku balas pesannya. “sakit apa?”
“tifus.. Ada tugas nggak ran?”
“ada bahasa inggris dan bahasa sunda. Lks uji kompetensi 1. Cepat sembuh ya al”
“maksih ran..
“sama-sama.”
Setelah itu jantungku berdegup hebat.
Namun, kasian dia, semoga dia cepat sembuh..
Sebenarnya sebelum-sebelumnya banyak hal yang mengejutkan yang membuat jantungku berdegup dahsyat. Namun, bintang di langit terang itu belum bisa ku gapai. Senyumnya, hanya bisa terlintas tanpa bisa ku raih. Dia, mengapa selalu dia?, mengapa aku tak bisa memilikinya? Apa harus aku lupakan? Namun hati ini tak kuasa.
Kapan aku bisa meraih itu semua? Waktu, mengapa kau tak pernah beralih untukku? Apa aku hanya bisa menunggu waktu yang tak kian pasti..? Namun sampai kapan? Sesungguhnya aku trlah lelah, tapi di dalam lubuk hatiku tak bisa melupakannya..
Lagi lagi waktu.. Aku hanya pasrah kepadamu, tak ada yang bisa ku lakukan. Mungkin memang aku harus menunggu waktu yang tak kian pasti itu.. Meskipun aku tak tau sampai kapan diri ini terpaku menatap dia yang sangat jauh…
Cerpen karangan: ika trisnan desederia
0 comments:
Post a Comment