Ketika rasa yang ada tak dapat kuartikan, apakah ini sayang, cinta
atau hanya rasa nyaman dan dihormati oleh seorang adik, aku hanya bisa
bersedih, pasrah pada keadaan. Aku telah melihat bahwa rasa yang dia
punya begitu kuat untuk memilikiku kembali.
Al
“Dia memang pantas buat kamu, aku pasti mengalah, mungkin aku memang
terlalu labil buat kamu, malam ini aku janji nggak akan ganggu
kehidupanmu lagi, aku yakin dia memang pantas dapat kebahagiaan dari
kamu, kuharap kamu nggak bakal ngelupain kenangan-kenangan indah, sedih
bersama, besok aku akan buka lembaran baru, mencari orang yang lebih
mengerti aku dan bisa membahagiakan aku, jaga diri baik, aku yakin jika
kamu memang cinta sejatiku suatu saat kita pasti akan bertemu, Bye Putri
forever.”
13/02/23 20:11
Al
“Tahukah kamu, tadi aku pengen kasih sesuatu ke kamu tapi kamu nggak
kasih aku kesempatan, aku sengaja nggak kasih tau kamu kalau aku datang,
karena aku kasih surprise buat kamu tapi apa, biarlah kado itu aku
buang jauh-jauh dan akan menjadi mimpi buruk di tidurmu, udahlah Putri
semua usahaku untuk berada 1 langkah di dekatmu tak pernah kamu
mengerti, mungkin dengan melupakanmu aku bisa menghilangkan rasa sedih
yang aku rasakan”
13/02/23 20:25
Dua sms itu mungkin bukan sms terakhir yang dia kirimkan. Ada
keyakinan tersendiri bahwa dia akan mencariku lagi. Walau pun itu tidak
terjadi, aku akan tetap mencarinya, bukan demi perasaan ini melainkan
untuk tetap menjalinan pertemanan.
Namanya Al, dia adalah adik kelasku di sekolah. Aku mengenalnya
pertama kali saat Masa Orientasi Sekolah, dan berteman akrab sejak dia
mengikuti ekskul yang sama, Marching Band. Al hadir dengan memberikan
semangat baru buatku. Kami sempat berpacaran beberapa bulan dan akhirnya
aku memutuskannya karena alasan akan fokus dengan Ujian Nasional yang
akan kuhadapi.
Hari ini dia menelponku, berkata bahwa dia ada di depan rumah. Tidak
biasanya dia seperti ini. Aku ke halaman rumah dan dia datang menemuiku.
Kemudian kami mengobrol sebentar. Aku bilang kalau aku sedang sibuk,
tapi dia tidak mau beranjak dari rumahku. Dia malah melakukan
kebiasaannya, melihat hp ku. Dan seperti biasa juga, mengecek pesan
masuk dalam hp ku. Dan seperti biasa lagi, dia menemukan sms salah satu
teman sekelas ku Zay.
Zay memang biasa berbalas pesan denganku. Aku pernah menceritakan
tentang Zay pada Al dan dia berpendapat bahwa Zay suka padaku. Mungkin
ada benarnya, tapi tetap saja itu tidak berpengaruh bagiku. Menurutku
Zay tetaplah seorang sahabat dan nggak akan lebih.
Kali ini reaksi Al terhadap pesan-pesan Zay tidak berbeda. Hanya diam
dan terus membaca pesan-pesan singkat tersebut. Aku pun mendesak Al
untuk mengembalikan handphoneku. Dan aku juga menyuruhnya segera pulang.
Aku masuk ke dalam rumah. Tapi kemudian keluar lagi, dan kulihat Al
pulang dengan membawa motornya melaju kencang. Aku jadi khawatir dan
berpikir mungkin dia marah padaku.
Beberapa kali aku mengirim sms padanya. Lama aku menunggu, akhirnya
dibalas dengan kata-kata yang tidak aku harapkan, dia memutuskan
hubungan pertemanan kami. Dia tidak mau diganggu lagi oleh ku. Saat itu
juga Zay mengirim pesan seolah menyindir tentang motto ku “no time for
boy and love”, katanya dia baru saja melihat aku berduaan dengan Al. Aku
menjadi bingung harus memberikan respon seperti apa pada mereka.
Sebenarnya aku tidak ingin ada yang tersakiti antara dia dan Zay.
Dua-duanya orang yang sangat kusayangi. Di satu sisi aku ingin tetap
menjalin perteman di antara keduanya tapi di sisi lain mereka juga
tersakiti karena seolah mendapat harapan palsu dari sikapku selama ini.
Biarlah waktu yang menjawabnya. Al akan tetap menjadi adikku
tersayang, dan Zay juga mungkin akan mengerti bahwa persahabatan kami
lebih berarti daripada rasa yang ia pendam. Seperti lagunya Resa
Herlambang “Ku akan tetap pada pendirianku…”
Cerpen Karangan: Oktafiani Saputri
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment