Namaku Deva Adithya Alvano biasa di panggil Ndev. Aku anak perempuan.
mungkin jika orang belum tahu wajahku, mereka mengira aku ini anak
laki-laki. Mungkin karena namaku yang mirip sekali dengan laki-laki.
Umurku 16 tahun tapi bulan Juni nanti usia ku sudah menginjak 17 tahun.
Sudah cukup dewasa untuk mempunyai seorang kekasih Hahaha.. Fatir
Aldiansyah Alvino biasa di panggil Ntir. Ntir dan Ndev adalah panggilan
kesayangan yang kami buat sendiri. Cukup lucu dan pantas lah untuk nama
kami masing-masing. ia adalah sahabat ku dari aku umur 7 tahun. Mungkin
sudah aku anggap seperti saudaraku sendiri. Kami sangat akrab sekali
dari dulu. Tapi, jika aku boleh jujur ya. Sebenarnya aku ini sayang sama
Ntir lebih dari seorang sahabat. Ku rasa perasaan ini muncul saat aku
dan dia duduk di bangku SMP dan sampai sekarang rasa ini masih ada dan
setia pada Ntir.
Rumah ku dengan Ntiritu sebelahan. Jadi jika pergi atau pulang
sekolah pasti kami selalu bersama-sama. Pagi ini seperti biasa, Ntir
bangun agak kesiangan, sedangkan Aku sudah teriak dari lantai bawah.
jangan suka main mdh
“Ntir, bangun woyy sekarang udah siang. Tanteee, Ntir nya gak mau
bangun nih” Teriak ku dengan suara lantang dan berhasil membangunkannya.
Ntir terbangun dan melempar kepala ku dari atas pakai bantal tidurnya.
“Aku udah bangun. Tidak usah sampai teriak sampai segitu kencangnya
Ndev. Kepala ku langsung pusing tau” Kata nya sambil mengucek-ngucek
matanya karena masih mengantuk
“Lagian kamu susah sekali di bangunkan. Sudah sana cepat mandi.
Laki-laki kok bangunnya siang seperti ini. Kalah sama aku yang
perempuan” Kataku sambil menjulurkan lidah.
“Kamu perempuan Ndev? Aku pikir kamu Laki-laki hahaha” Katanya
mengejekku dan berlari ke arah kamar mandi. Ingin aku kejar tetapi ia
sudah masuk kedalam. Mana mungkin aku ikut masuk mengejar dia. Biar
nanti saja aku balas ejekannya itu.
Aku memang seperti ini. Cuek, tomboy, galak, dingin dan gak suka yang
neko-neko. Maka dari itu aku sering di bilang seperti laki-laki oleh
Ntir. aku sebenarnya risih selalu di ejek Ntir seperti laki-laki, tapi
Ntir itu keras kepala dan susah di bilangin, Jadi ya sudahlah terserah
dia saja. 15 menit kemudian Ntir turun dari lantai atas dan menuju ke
ruang makan. Tapi karena hari sudah semakin siang, aku putuskan untuk
menarik Ntir menuju mobilnya dan segera berangkat sekolah.
“Tante, kami berangkat ya.. Assalamualaikum” Kata ku sambil menarik tangan Ntir.
“Ehh aku belum sarapan Ndev. Kamu tega amat sama sahabat sendiri” Kata Ntir sambil cemberut.
“Sudah jangan banyak bicara. Aku sudah bawakan kamu bekal untuk nanti
di makan di mobil. Aku juga peduli sama kamu Ntir” Kata ku sambil
mengeluarkan bekal dari tas ku
“Lah aku bagaimana makannya Ndev? Aku kan lagi menyetir seperti ini?” Tanya nya kebingungan
“Kamu tuh sudah kelas 2 SMA, tapi onengnya tidak hilang-hilang dari dulu. Aku suapin lah Ntir” Kata ku sambil memukul pundaknya
“Astaga. Iya sih di suapin. Tapi gak usah pakai mukul juga kali.
sudah tahu kamu tuh ikut beladiri Karate. Kamu itu punya tenaga dalam
Ndev. Jadi kalau mukul orang udah kayak muluk batu bata” Katanya kembali
mengejek ku.
“Oh Kamu mengejek ku ya? Ya sudah tidak usah aku suapin makan. Biar kamu kelaparan sekalian” Kata ku menutup tempat makanannya
“Eh jangan ngambek dong ndev. Ndev kan cantik, feminim, baik, imut lagi. Suapin lagi ya. Aku lapar nih” Katanya memohon padaku.
“Ya sudah, Karena kamu sahabat aku dari kecil, jadi aku suapin lagi deh. Bilang apa kamu sama aku?” Kata ku
“Terimakasih Deva Adithya Alvano” Kata nya sambil tersenyum dan aku pun membalas senyumannya.
Saat tiba di sekolah, Aku menabrak seorang perempuan berambut panjang
dan memakai seragam sekolah ku. Tapi anehnya aku tidak tahu siapa dia.
Sepertinya dia anak baru di sini.
“Maaf ya Kak. Aku tidak sengaja menabrak Kakak” Kata anak itu menundukan kepala.
“Jangan panggil aku Kakak. Aku rasa kita seumuran. Kamu kelas 2 juga kan?” Tanya ku
“Iya. Tapi aku anak baru disini dan aku pusing sekali mencari kelas 11 IPA 1” Katanya mulai menatap mataku
“Itu kel…” Belum selesai aku bicara, Ntir sudah melanjutkannya dengan semangat
“Itu kelas aku sama Ndev eh maksud aku Deva. Kita bareng saja kesananya” Kata Ntir dengan nada yang sangat halus
“Oh nama kmau Deva ya. Aku Kharisma Purma Anindita. Biasa di panggil
Karis atau Risma. Terserah kalian ingin memanggilku apa. Kalian pacaran
ya?” Tanya nya. Dengan kompak Aku dan Ntir saling pandang dan tertawa
terbahak-bahak
“Aku sama dia pacaran? Itu Impossible banget. Aku sama Ndev sudah
bersahabat sejak kami berumur 7 tahun. Jadi aku sayang banget sama dia
sebagai sahabat aku” Jelas Ntir dan itu membuat ku kecewa sekali. Ntir
bilang kalau aku itu impossible banget jika harus menjadi pacarnya.
Padahal aku sayang banget sama Ntir lebih dari seorang sahabat.
“Oh iya. Kenalkan nama aku Fatir Aldiansyah Alvino biasa di panggil
Fatir. Tapi kalau Deva memanggil ku Ntir dan aku memanggil Deva Ndev.
Itu panggilan sayang kami dari dulu” Kata Ntir sambil merangkulku
“Aku boleh tidak memanggil kalian dengan panggilan itu” Tanya Karis
“Maaf sekali. Tidak boleh karena hanya kami yang boleh menggunakan nama itu” Kata ku
“Oh baiklah jika tidak boleh” Kata nya dengan raut wajah yang menurutku kecewa.
Di sepanjang jalan menuju kelas kami terus berbincang-bincang tentang
kepribadian kami masing-masing. Karis itu orangnya lucu, cantik, putih,
feminim sekali dan beda sama aku. Bahkan berbeda 180 derajat. Dari
pandangan Ntir terhadap Karis, aku rasa Ntir menyukai Karis. Jujur aku
sakit, tapi sampai kapanpun Ntir tidak akan pernah menjadi milikku
seutuhnya..
Keesokan harinya tepa tpada sore hari. Aku tidak sengaja bertemu
dengan Ntir di jalan. Dia terlihat rapi sekali dan tubuhnya bau harum
parfum yang di pakainya
“Kamu mau kemana Ntir?” Tanya ku penasaran
“Aku mau jalan dong sama Karis. Kamu doakan aku supaya nge-date aku
berhasil sore ini” Katanya memegang bahu ku dan aku hanya bisa tersenyum
lalu Ntir pergi meninggalkan ku dan menjemput Karis.
Perasaan aku sakit, panas, cemburu dan benar-benar tidak rela. Tapi
jika aku jujur tentang perasaan aku, pasti persahabatan yang udah aku
bangun selama hampir 10 tahun ini akan hancur hanya karena cinta. Lebih
baik aku pendam saja perasaan ini. Perasaan yang sudah aku pendam selama
bertahun-tahun ini juga nanti akan membusuk di hatiku dengan
sendirinya. Aku harus bisa melupakan Ntir sebagai orang yang aku cintai.
Aku harus menganggap Ntir sebagai sahabat ku bukan pacar ku atau yang
lain. Jalan satu-satunya adalah aku harus punya pacar. Ya, itu adalah
jalan satu-satunya yang harus aku lakukan untuk melupakan Ntir.
—
Pagi ini aku bangun lebih awal daripada Ntir. Setelah perlengkapan
sekolah dan aku sudah rapi untuk berangkat, seperti biasa hari ini aku
harus pergi ke rumah Ntir untuk membangunkannya. Dasar kebo susah sekali
jika di bangunkan untuk sekolah. Ntir bangun dan aku paksa dia untuk
mandi dengan cepat dan segera berangkat sekolah karena hari sudah
semakin siang. Aku tidak ingin terlambat karena Ntir telat bangun. Pagi
ini Ntir terlihat sangat bahagia sampai-sampai di dalam mobil Ntir
selalu tersenyum sendiri seperti orang gila. Aku heran kenapa Ntir
tiba-tiba jadi seperti ini
“Heh kamu? Kamu kenapa ketawa-ketawa sendiri? Kmau udah gila ya Ntir” Kataku
“Enak aja kamu. Aku itu sekarang lagi bahagia banget. Orang yang aku sayang akhirnya terima cinta aku Ndev” Katanya memelukku
“Siapa Ntir? Karis?” Tanya ku
“Iya Karis. Kemarin aku nembak dia dan dia terima cinta aku. Aku
langsung meluk dia dan bilang terimakasih. Aku seneng banget Ndev. Nanti
siang kita makan di Resto favorit kita ya. Ya, hitung-hitung untuk
traktir jadian lah gitu” Katanya sambil tersenyum konyol.
“Aku ikut bahagia ya Ntir sayang. Aku doakan kalian langgeng sampai
lulus SMA dan menikah. Traktir? Ayo lah siapa takut kalau kayak gitu
mah” Kataku sambil menyenggol bahunya. Jujur aku sakit. Namun saat aku
melihat senyumannya Ntir saat bersama Karis, itu membuatku menangis
bahagia. Aku ingin yang terbaik untuk sahabat ku. Aku rela walau sakit.
Sesampainya di sekolah, aku di kagetkan dengan seorang lelaki membawa
sebuah kertas panjang dengan tulisan “Deva Adithya Alvano. Mau tidakkau
menjadi kekasih ku? Jujur sejak dulu aku selalu memperhatikan mu.
Mengharapkan kalau kau menjadi yang terakhir di hidupku”. Baru kali
iniaku di perlakukan seperti ini dengan seorang laki-laki.
“Di balik kertas itu siapa? Gua mau lihat” Kata ku sedikit berteriak.
Dan saat kertas itu di buka, ternyata yang di balik kertas itu adalah
salah satu teman dekatnya Ntir yaitu Fandi Egi Andraki biasa di panggil
Fandi. Dulu Ntir pernah bilang pada ku kalau Fandi ini menyukai ku sudah
lama, tapi aku tidak percaya karena yang aku tau aku ini tomboy dan
semua laki-laki takut padaku. Mana mungkin Fandi menyukaiku. Tapi
ternyata sekarang dia menyatakan cintanya padaku di tempat umum. Sungguh
nyali yang hebat dan pemberani.
“Sekarang kamu jawab Dev. Kau mau tidak?” Tanya Fandi kepadaku.
Sungguh jawaban yang sulit aku putuskan sekarang. Di sisi sebelah kanan,
Ntir terus melihat ke arahku karena Ntir sudah mengetahuinya sejak
dulu. Ntir seakan-akan menatap ku dan matanya yang berbicara dan
mengatakan bahwa aku harus menerima Fandi sebagai kekasih ku.
“Aku mau Fandi. Tapi kamu harus janji tidak akan menyakiti ku ya?” Tanya ku
“Aku berjanji dan bersumpah padamu Deva. terimakasih banyak ya”
Katanya sambil memelukku dan di smabut oleh sorakan murid-murid ikut
bahagia atas kebahagiaan ku bersama Fandi. Ntir yang berdiri di sisi
kanan, kini sudah berada di samping Fandi untuk memberi selamat
“Selamat ya buat dua sahabat gua yang paling gua sayang. Gua doakan kalian langgeng ya” Kata Ntir sambil memelukku dan Fandi
“Iya Sob. Thanks ya atas saran dan rencananya” Kata Fandi kepada Ntir
“Rencana apa?” Tanya ku penasaran
“Jadi begini. Aku dan Fandi ini tadi malam nyusun strategi untuk
membantu Fandi buat nembak kamu. Ya sudah jadinya seperti ini deh” Jelas
Ntir
“Hahaha kalian ini ada-ada saja ya. Tapi aku suka caranya seperti ini
”Kata ku. Dan pada saat itu aku pun menjadi kekasih dari Fandi.
Aku menerima cintanya Fandi karena juga sayang padanya sebagai
kekasihku saat ini. Tapi aku juga ingin memanfaatkan hubunganku ini
sebagai alat untuk aku melupakan cintaku pada Ntir. Karena sekarang aku
dan Ntir sudah punya pacar. Jadi aku dan dia hanya sekedar sahabat dan
selalu sahabat selamanya. Aku ingin miliki Ntir sebagai kekasihku.
Kekasih yang selalu memperhatikan ku. Kini Ntir hanya
bisamemperhatikanku sebagai sahabat dan gak akan pernah lebih. Hari
jadian ku dan Fandi dengan Ntir dan Karis hanya berbeda satu hari saja.
Jadi kami berempat itu memang sudah dekat sampai sekarang. Karis yang
tadinya malu-malu, sekarang sudah mulai terbuka pada kami.
— 4 BULAN KEMUDIAN —
Hubungan ku dengan Fandi sudah berjalan selama 4 bulan. Begitu juga
dengan hubungan Ntir dengan Karis. aku sudah memendam perasaan ini
sangat lah lama. Tapi aku berusaha untuk menahannya agar tidak keluar
dan menyakitkan Karis dan Fandi. Suatu ketika Ntir dan Aku sedang
merencanakan sesuatu untuk merayakan Anniv kami yang ke 4 bulan dengan
menyesuaikan rencana nanti Aku dan Ntir menyuruh Fandi dan Karis untuk
datang ke taman yang sama jam 4 sore. Nanti Aku dan Ntir mennutup mata
mereka dari belakang untuk memberi kejutan yang spesial buat mereka.
Dari kejauhan kami melihat Fandi dan Karis sudah datang dan duduk
bersama di bangkutaman. Kami segera berlari menuju mereka dan segera
memberi kejutan kepada mereka.
Tapi saat Ntir ingin menyebrang, mobil melaju sangat kencang sekali
dan menghantam tubuh Ntir secara cepat dan kemudian ia terpental jauh.
Aku kaget dan langsung menangis dengan kencangnya dan mengangkat tubuh
Ntir di atas pangkuan ku.
“Ntir bangun. Jangan tinggalin aku sendiri disini. Aku mohon Ntir”
Kata ku menangis dan tangan penuh dengan darah yang keluar dari sekujur
tubuh Ntir
“Hey Ndev sayang. Aku sayang sama kamu. Kamu adalah sahabat terbaik
kudan aku sangat sangat berterima kasih padamu Ndev. Aku sudah tidak
kuat” Kata Ntir terbata-bata
”Aku mencintai mu lebih dari seorang sahabat. Aku sudah memendam
perasaan ini selama bertahun-tahun. Aku ingin menjadi milikmu lebih dari
seorang sahabat tapi aku takut jika nanti aku jujur, persahabatan kita
akan hancur. Maka dari itu aku lebih baik diam” Kataku dan tangis ku
makin memuncak
“Aku juga mencintai mu. Kita mempunyai perasaan yang sama. Aku juga
ingin memilikimu menjadi kekasih ku. Tapi aku takut persahabatan kita
hancur. Kita mempunyai perasaan yang sama Ndev. Jadi kau tidak perlu
khawatir akan perasaan ku. Aku juga mencintaimu. Aku pergi dulu ya Ndev.
Jaga diri kamu. Dan Fandi pasti akan menjaga mu karena dia sangat
mencintaimu dan begitu juga kau Ndev. Dan untuk Karis, aku sangat
menyayangi mu sebagai kekasih ku dan terimakasih untuk kalian semua. Aku
pergi” Itu adalah kata-kata terakhir Ntir sebelum ia pergi. Aku menagis
sambil mengusap wajah Ntir yang penuh dengan darah. Fandi dan Karis
hanya bisa berdiri di dekatku dan menagis menyaksikan Ntir pergi.
—
3 tahun sudah aku berhubungan dengan Fandi. Dia sangat mencintaiku
dan aku juga begitu. Fandi selalu menghiburku di kala aku sedih
mengingat kenangan ku dengan Ntir. Dan sudah 3 tahun pula aku di tinggal
oleh orang yang aku cintai sekaligus sahabatku dari kecil. Aku terus
terpuruk akan kepergian Ntir yang mendadak sepertiitu. 3 tahun aku tidak
bisa lepas dari pikiran ku tentang Ntir. Kenangan yang dulu aku lewati
bersama Ntir selalu aku cata di buku diary ku. Foto-foto yang dulu
tentang kami, aku tempel di dinding kamar ku. Fatir Aldiansyah Alvino..
Aku sangat merindukanmu saat ini. Bahagia disana ya sahabat :’)
Cerpen Karangan: Muhammad Alim Al-Ghifary
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment